Rabu, 30 Desember 2015

Sewa tanah

1.     Teori sewa tanah David Ricardo
Dalam teori sewa tanah, David Ricardo mengatakan bahwa jenis tanah berbeda-beda. Produktivitas tanah yang subur lebih tinggi, berarti untuk menghasilkan satu satuan unit produksi diperlukan biaya rata-rata dan biaya marjinal yang lebih rendah. Makin rendah tingkat kesuburan, maka makin tinggi pula biaya-biaya untuk mengolah tanah dan dengan sendirinya keuntungan per hektar tanah semakin kecil pula. Jadi sewa tanah yang lebih subur lebih tinggi dibanding sewa tanah yang kurang subur.
2.      Teori sewa tanah dari Von Thunen
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjRtEmAppWnnIeDUDFWjVdHH4cQunwJhBXwUOJOHUTTiOnSC4Ejgxc9e3zJYYhyfRUrj0gR1yELX4m4YXzVdGPJSSkygj3va5VTbGhmNe2r4pm3wJGi6UHuvREdzDen-UgnbkDUNzv7ivO/s1600/NO+9.png
Von Thunen (1826) hanya menambah kekurangan teori sewa tanah David Ricardo yaitu mengenai jarak tanah dari pasar. Apakah tanah subur yang jaraknya dekat dengan pasar dan yang jauh dari pasar akan sama sewanya? Hal ini setelah dikaji ternyata beda karena semakin jauh dari pasar semakin mahal biaya transportasinya.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi sewa tanah:
a)    Kualitas tanah yang disebabkan oleh kesuburan tanah, pengairan, adanya fasilitas listrik, jalan dan sarana lainnya;
b)   Letaknya strategis untuk perusahaan/industri; dan
c)    Banyaknya permintaan tanah yang ditujukan untuk pabrik, bangunan rumah, perkebunan.
Von  Thunen juga mengidentifikasi  tentang  perbedaan  lokasi  dari  berbagai kegiatan  pertanian  atas  dasar  perbedaan  sewa  lahan  (pertimbangan  ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa  lahan  dengan  jarak  ke  pasar  dengan  menggunakan  kurva  permintaan.
Berdasarkan  perbandingan  (selisih)  antara  harga  jual  dengan  biaya  produksi, masing-masing  jenis  produksi  memiliki  kemampuan  yang  berbeda  untuk membayar  sewa  lahan.  Makin  tinggi  kemampuannya  untuk  membayar  sewa lahan, makin  besar  kemungkinan  kegiatan  itu  berlokasi  dekat  ke  pusat  pasar.
Dalam model tersebut, Von Thunen membuat asumsi sebagai berikut :
a)    Wilayah analisis bersifat terisolir sehingga tidak terdapat pengaruh pasar dari kota lain;
b)   Tipe permukiman adalah padat di pusat wilayah dan semakin kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah;
c)    Seluruh wilayah model memiliki iklim, tanah dan topografi yang seragam;
d)   Fasilitas pengengkutan adalah primitive (sesuai dengan zaman-nya) dan relative seragam. Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa; dan
e)    Kecuapi perbedaan jarak ke pasar semua factor alamiah yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah konstan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar